Monday, February 16, 2015

PENTINGNYA MEMBIASAKAN ANAK MEMBACA



Pendidikan di lingkungan keluarga merupakan kunci dalam memberikan bekal kepada anak. Orang tua terutama Ibu sebagai madrasah pertama bagi seorang anak, memiliki peran sangat penting dalam masalah ini. Jiwa anak harus diisi dengan hal-hal yang positif sejak dini.
       Saat ini kita tidak heran melihat anak-anak kecil mampu memainkan HP, Play Station, Game Online, Game Internet/Facebook dan lain-lain. Teknologi baru dan gadget-gadget bermunculan seakan-akan kalau tidak mengikuti akan ketinggalan jaman. Padahal jika orang tua tidak memantau, bisa jadi Game yang dimainkan dan internet yang dibuka berisikan konten-konten negatif seperti kekerasan, pornografi dll. Belum lagi acara TV yang banyak diisi hiburan dan mempertontonkan gaya hidup hedonis para selebriti.
      Tayangan TV dan Game kekerasan seperti ini akan membuat anak-anak menjadi gampang marah, tersinggung serta tersulut emosinya. Otak menjadi pasif, daya nalar berkurang dan cara berkomunikasi menjadi juga kurang baik.  Jangankan diminta untuk membuat tulisan, berbicara dan mengemukakan pendapat saja mereka susah memilih kosa kata. Anak-anak menjadi tidak pernah terlatih untuk menggunakan kosa kata
      Berbeda ketika anak sedang membaca, maka secara refleks otak menjadi beraktivitas dan berpikir. Membaca memperluas cakrawala, menambah ilmu pengetahuan, serta meningkatkan daya ingat.  Membaca dapat memicu otak untuk menyerap informasi, memahami, lalu bahkan memecahkan suatu masalah. Semakin banyak informasi yang diserap semakin baik untuk membantu kefasihan dalam bertutur kata. Membaca bisa dikatakan sebagai kebutuhan dasar bagi manusia. Bahkan perintah pertama yang turun dalam Al-Quran adalah perintah membaca “Bacalah dengan Nama Tuhanmu yang Menciptakan”  (Q.S. Al. Alaq).
          Dengan membaca buku yang bermutu, seseorang akan memiliki keunggulan komparatif dibanding orang yang tidak membaca. Selain itu, dengan membaca, orang lebih terbuka cakrawala pemikirannya. Dengan dan melalui bacaan, seseorang berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi, sehingga budaya membaca lebih terarah kepada budaya intelektual daripada budaya hiburan yang dangkal. Oleh karena itu, para pakar menyimpulkan, untuk membangun masyarakat yang beradab dan maju, maka budaya baca perlu ditumbuhkan.
Ada perbedaan minat anak terhadap buku bila ditinjau dari usia kronologis anak. Menurut Ediasari (Ayahbunda, 1983), berpendapat bahwa:
1.   Pada usia 2-6 tahun, anak-anak menyukai buku bacaan yang didominasi oleh gambar-gambar yang nyata.
2.   Pada usia 7 tahun, anak menyukai buku yang didominasi oleh gambar-gambar dengan bentuk tulisan besar-besar dan kata-kata yang sederhana dan mudah dibaca. Biasanya pada usia ini anak sudah memiliki kemampuan membaca permulaan dan mereka mulai aktif untuk membaca kata.
3.   Pada usia 8-9 tahun, anak-anak menyukai buku bacaan dengan komposisi ganbar dan tulisan yang seimbang. Mereka biasanya sudah lancar membaca, walaupun pemahaman mereka masih terbatas pada kalimat singkat dan sederhana bentuknya.
4.   Pada usia 10-12 tahun, anak lebih menyukai buku dengan komposisi tulisan lebih banyak daripada gambar. Pada usia ini kemampuan berpikir abstrak dalam diri anak mulai berkembang sehingga mereka dapat menemukan intisari dari buku bacaan dan mampu menceritakan isinya kepada orang lain.
Berikut ini yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat baca anak usia sekolah:
  1. Ajak anak ke toko buku, biarkan ia memilih sendiri buku yang ia inginkan. Tentunya dengan batasan yang Anda dan dia sepakati bersama.
  2. Ciptakan “perpustakaan” keluarga. Tak perlu terlalu mewah atau megah. Cukup dibuat nyaman dan memungkinkan keluarga untuk mencari buku yang disukai tanpa kesulitan, supaya bisa dibaca kembali.
  3. Hilangkan penghambat, seperti games, televisi, komputer, atau perangkat yang bisa mengalihkan keinginan anak untuk membaca.
  4. Ajarkan si anak untuk menyisihkan uang jajannya agar bisa digunakan untuk membeli buku.
  5. Berikan ide kepada anak untuk membentuk kelompok teman yang bisa saling menukar buku bacaan.
  6. Saat tahu si anak akan pergi ke tempat jauh atau yang berisiko membuatnya menghabiskan waktu menunggu lama, seperti saat berkunjung ke dokter, bawakan ia buku bacaan.
  7. Ciptakan kebiasaan untuk mendiskusikan tentang topik yang dibaca bersama-sama.
    disarikan dari www.patmikumalasari.wodpress.com
    ------- Semoga Bermanfaat -------

No comments:

Post a Comment